tag:blogger.com,1999:blog-5733110011466446152024-03-13T10:09:22.939-07:00Yustinus NahakLia Tetun bodik ema Tetun iha hori rai sei uluk. Oras ne ema wa'in mak ratene Lia Tetun, tan Lia ne keke lema iha rai Timor laran ktomak. Bimasik iha Fehan, Foho no Rawan rakes rodi lia maliak la manesak mais sura ema Timor ratene tebes lia Tetun. Lia Tetun ne lia ibu di'ak bodik ba klosan, fetora no na'in sira hotu. Mai ita tau neon hodi tatuna Lia Tetun nebe nosi ikus ida mai keta lakon nela ita hotu.Yustinus Nahakhttp://www.blogger.com/profile/11946930089494616235noreply@blogger.comBlogger12125tag:blogger.com,1999:blog-573311001146644615.post-43571866934436412742017-10-23T07:36:00.001-07:002017-10-23T07:36:56.558-07:00KABUPATEN MALAKA<p dir="ltr">Kabupaten Malaka dimekarkan dari kabupaten Belu pada tanggal 22 Aril 2013 dengan Undang-Undang nomor 3 Tahun 2013 tentang pembentukan kabupaten Malaka di propinsi NTT. </p>
<p dir="ltr">Pada saat pemekaran, terdiri dari 12 kecamatan dan 127 desa dg jumlah pemduduk saat itu 188.127 jiwa dan luas 116.063 km persegi.</p>
<p dir="ltr">Penjabat pertama Herman Nai Ulu, SH; MH yg dilantik pada tanggal 22 April 2013, oleh presiden Joko Widodo dan berakhir pada tanggal 22 April 2015. Pada tanggal 22 April 2015 dilantik penjabat kedua oleh gubernur NTT atas nama Donatus Bere, SH yg pada saat itu menjabat sebagai SEKDA.</p>
<p dir="ltr">selama 9 bulan Donatus menjabat dan pada tanggal 9 Desember 2015 terpilih bupati dan wakil bupati definitif masing- masing dr.Stefanus Bria Seran, MPH sebagai bupati dan Drs.Daniel Asa sebagai wakil bupati untuk masa jabatan 2016 - 2021. Tetapi kemudian pada tanggal 15 September wakil bupati Malaka Drs. Daniel Asa wafat.</p>
Yustinus Nahakhttp://www.blogger.com/profile/11946930089494616235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-573311001146644615.post-39809947866230350562012-06-23T18:01:00.001-07:002012-06-23T18:10:23.456-07:00KECAMATAN DI KABUPATEN BELU1.Kecamatan Wewiku ibukota Hanemasin<br />
2.Kecamatan Weliman ibukota Laleten<br />
3.Kecamatan Rinhat ibu Kota Biudukfoho<br />
4.Kecamatan Malaka Barat ibukota Besikama<br />
5.Kecamatan Malaka Tengah ibukota Betun<br />
6.Kecamatan Kobalima ibukota Raihenek<br />
7.Kecamatan Kobalima Timur ibukota Alas<br />
8.Kecamatan Malaka Timur ibukota Boas <br />
9.Kecamatan Sasitamean ibukota Manlea<br />
10.Kecamatan Io Kufeu ibukota Tunabesi<br />
11.Kecamatan BotinLeobele ibukota Bani-Bani<br />
12.Kecamatan Laenaman ibukota Uabau<br />
13.Kecamatan Tasifeto Barat ibukota Kimbana<br />
14.Kecamatan NaetDubesi ibukota Naet Duabesi<br />
15.Kecamatan Kota Atambua ibukota Atambua<br />
16.Kacamatan Atambua Selatan ibukota Asuulun<br />
17.Kecamatan Atambua Barat ibukota Sesekoe<br />
18.Kacamatan Kakuluk Mesak ibukota Umarese<br />
19.Kacamatan Tasifeto Timur ibukota Wedomu<br />
20.Kecamatan Lasiolat ibukota Lahurus<br />
21.Kecamatan Raihat ibukota Haekesak<br />
22.Kecamatan Lamknen ibukota Weluli<br />
23.Kecamatan Lamknen Selatan ibukota Lutarato<br />
24.Kecamatan Raimanuk ibukota FaturikaYustinus Nahakhttp://www.blogger.com/profile/11946930089494616235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-573311001146644615.post-70098440302455821192012-06-23T03:06:00.000-07:002012-06-23T03:06:01.404-07:00MENGHITUNG DENGAN BAHASA TETUN1 = IDA<br />
2 = RUA<br />
3 = TOLU<br />
4 = HAT<br />
5 = LIMA<br />
6 = NEN<br />
7 = HITU<br />
8 = WALU<br />
9 = SIWI<br />
10 = SANULU<br />
11 = SESINIDA<br />
12 = SESINRUA<br />
13 = SESINTOLU<br />
14 = SESINHAT<br />
15 = SESINLIMA<br />
16 = SESINEN<br />
17 = SESINHITU<br />
18 = SESINWALU<br />
19 = SESINSIWI<br />
20 = RUANULU<br />
30 = TOLUNULU<br />
40 = HATNULU<br />
50 = LIMANULU<br />
60 = NENULU<br />
70 = HITUNULU<br />
80 = WALUNULU<br />
90 = SIWINULU<br />
100 = ATUSIDA<br />
200 = ATUSRUA<br />
900 = ATUSIWI<br />
1000 = RIHUNIDA<br />
2000 = RIHUNRUA<br />
10.000 = RIHUNSANULU<br />
20.000 = RIHUNRUANULU<br />
1.000.000 = BE'INIDAYustinus Nahakhttp://www.blogger.com/profile/11946930089494616235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-573311001146644615.post-48789710583709180012012-05-19T05:13:00.001-07:002012-06-23T17:38:14.036-07:00NAMA ASLI DARI SUB ETNIS DAWAN MANLEA DI BELUSetiap bayi yang baru dilahirkan dalam budaya Dawan umumnya belum langsung diberi nama, dan bayi tersebut baru diberi julukan <b>Asteik</b>. Nama ini diberikan kepada bayi tersebut dalam kurun waktu yang sangat bervariasi yaitu berkisar satu bulan hingga dua tahun. Dalam kurun waktu tersebut akan dilakukan proses pemberian nama dengan upacara tertentu.
Dalam konteks budaya Dawan, pemberian nama kepada bayi ditempuh dengan dua jalan yaitu melalui mimpi dan peristiwa khusus yang dialami bayi. Pemberian nama melalui mimpi dapat terjadi pada saat sebelum maupun sesudah bayi lahir. Apabila sebelum bayi lahir dan salah seorang anggota keluarga bermimpi bahwa salah seorang leluhur selalu nampak dalam mimpi maka nama leluhur itulah yang dipakaikan kepada bayi yang bersangkutan menjelang satu minggu atau satu bulan setelah bayi tersebut dilahirkan. Meski demikian apabila selama kehamilan tidak ada mimpi yang mengisyaratkan untuk pemberian nama kepada bayi maka setelah bayi lahir biasanya diberikan kesempatan untuk menemukan nama melalui mimpi.Dalam tenggang waktu ini biasanya sang ibu dan anggota keluarga lainnya selalu berkomunikasi secara adat dengan para leluhur untuk menemukan nama bagi bayi yang dilahirkan.
Cara lain untuk pemberian nama adalah melihat paristiwa yang terjadi pada bayi yang bersangkutan. Peristiwa yang sering terjadi adalah peristiwa bayi tersebut selalu menangis diluar kendali ibunya. Dengan adanya peristiwa seperti ini maka rumpun keluarga sudah mengetahui bahwa para leluhur menghendaki agar bayi tersebut segra diberikan nama. Proses selanjutnya adalah melakukan pemanggilan atau menyebut nama nenek moyang yang diketahui. Apabila nama yang disebut cocok maka seketika itu juga bayi akan berhenti menangis dan nama tertersebut dipakaikan kepada bayi yang bersangkutan.<br />
<br />
<b>a.Nama Laki-Laki</b> :
<b> </b><br />
<b>1.Alos,</b><br />
<b>2.
Asa ***), </b><br />
<b>3.Bau ***), </b><br />
<b>4.Berek **), </b><br />
<b>5.Bian, </b><br />
<b>6.Bria **), </b><br />
<b>7.Etan, </b><br />
<b>8.Fahik **), </b><br />
<b>9.Klau **),</b><br />
<b>10.Fatin, </b><br />
<b>11.Kabosu, </b><br />
<b>12.Keru, </b><br />
<b>13.Kiik, </b><br />
<b>14.Kono, </b><br />
<b>15.Lau, </b><br />
<b>16.Manek *), </b><br />
<b>17.Mau *), </b><br />
<b>18.Metom, </b><br />
<b>19.Molo, </b><br />
<b>20.Neno, </b><br />
<b>21.Rae, </b><br />
<b>22.Riu, </b><br />
<b>23.Seran **), </b><br />
<b>24.Sole, </b><br />
<b>25.Susar, </b><br />
<b>26.Tae *), </b><br />
<b>27.Teku </b><br />
<b>28.Un.</b><br />
<b>b
Sedangkan nama-nama untuk perempuan </b>:
<b> </b><br />
<b>1.Abuk **), </b><br />
<b>2.Aek **), </b><br />
<b>3.Bano **), </b><br />
<b>4.Bete, </b><br />
<b>5.Bubu, </b><br />
<b>6.Eno,</b><br />
<b>7.Funan, </b><br />
<b>8.Kole, </b><br />
<b>9.Niis, </b><br />
<b>10.Roman, </b><br />
<b>11.Tai, </b><br />
<b>12.Tuku </b><br />
<b>13Uruk</b>.<br />
Ket. *) Nama yang diadopsi dari suku Bunaq atau Kemak<br />
**) Nama yang diadopsi dari suku Fehan<br />
***) Nama yang diadopsi dari suku Fehan, Kemak maupun BunaqYustinus Nahakhttp://www.blogger.com/profile/11946930089494616235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-573311001146644615.post-82005178753247763332012-05-18T22:38:00.000-07:002012-06-23T18:07:22.599-07:00NAMA ASLI DARI SUB ETNIS KEMAK DI BELUDalam konteks budaya Kemak dikenal berbagai macam nama, dan nama tersebut merupakan nama warisan nenek moyang. Nama suku Kemak seperti suku-suku lain di Belu, dimana nama merupakan nama warisan nenek moyang. Dengan demikian meski nama merupakan ciri khas bangsa Kemak tetapi tidak menjadi marga seperti halnya di Batak dikenal suku sianipar, suku Sihombing dan sebagainya.
Proses pemerian nama bagi seorang anak yang baru dilahirkan dalam suku Kemak biasanya didahului dengan beberapa acara adat. Hal ini dimaksudkan agar nama yang diberikan kepada anak tersebut tidak mendatangkan kesulitan bagi anak yang bersangkutan. Apabila nama yang diberikan ternyata salah maka biasanya ditandai dengan anak tersebut selalu menangis. Untuk mengatasi kondisi seperti ini maka proses pemberian nama kepada anak biasanya ditempuh dengan cara pemberian susu kepada anak dengan upacara tertentu. Apabila setelah upacara adat dilakukan dan ternyata anak tersebut menyusui ASI ibunya maka dianggap nama tersebut cocok bagi anak yang bersangkutan dan tidak akan membawa kesulitan bagi anak yang bersangkutan setelah dewasa. Meski demikian apabila nama yang diberikan ternyata salah maka anak yang bersangkutan tidak akan menyusui ASI ibunya dan oleh karena itu diberi nama lain dan seterusnya hingga anak tersebut bisa menyusui ASI ibunya.
Upacara tersebut biasanya didahului dengan mendata seluruh nama nenek moyang yang ada untuk kemudian secara berturut diberikan kepada anak yang bersangkutan sebagai pencocokan. Apabila dianatara nama yang telah disiapkan ternyata cocok maka anak tersebut bisa langsung menyusui ibunya dan pada saat itu acara pemberian nama telah selesai. Apabila dari daftar nama yang disiapkan ternyata tidak ada yang cocok maka biasanya ditempuh dengan pembuatan uapacara “afuan” untuk mencari tahu nama yang sebenarnya.
Untuk melakukan acara tersebut biasanya dibutuhkan seorang tua adat yang memiliki kemampuan untuk berbicara dengan roh para leluhur. Biasanya dalam acara tersebut akan langsung dilihat oleh tua ada yang bersangkutan siapa nama sebenarnya untuk diberikan kepada anak tersebut. Hal ini umumnya jarang salah karena menurut kepercayaan bahwa nama tersebut diberikan langsung oleh roh nenek moyang yang ingin namanya dipakai oleh anak yang bersangkutan.<br />
<b>A.Nama Laki-Laki</b>:<br />
<i>1.Asa Bere,</i><br />
<i>2.Asa Lae,</i><br />
<i>3.Ati Bili,</i><br />
<i>4.Bere Aton,</i><br />
<i>5.Bere Leki,</i><br />
<i>6.Bere Mau,</i><br />
<i>7.Bere Tai,</i><br />
<i>8.Bili Mau,</i><br />
<i>9.Buru Bara,</i><br />
<i>10.Kai Tanu,</i><br />
<i>11.Koli Bau,</i><br />
<i>12.Lelo Mali,</i><br />
<i>13.Mali Dao,</i><br />
<i>14.Mau Bili,</i><br />
<i>15.Mau Kura, </i><br />
<i>16.Mau Kuru,</i><br />
<i>17. Mau Lesu, </i><br />
<i>18.Mau Leto, </i><br />
<i>19.Mau Loko,</i><br />
<i>20.Mau Meta,</i><br />
<i>21.Mau Pelu,</i><br />
<i>22.Mau Pelun, </i><br />
<i>23.Nai Bere, </i><br />
<i>24.Nai Buti, </i><br />
<i>25.Nai Kei,</i><br />
<i>26.Nai Siri, </i><br />
<i>27.Suli Mau dan </i><br />
<i>28.Talae</i>. <b> </b><br />
<b>B.Sedangkan nama untuk perempuan adalah</b> : <i> </i><br />
<i>1.Abu Lesu, </i><br />
<i>2.Bui Bere,</i><br />
<i>3.Bui Buti,</i><br />
<i>3.Bui Kau,</i><br />
<i>4.Bui Klai,</i><br />
<i>5.Bui Mau,</i><br />
<i>6.Bui Rai,</i><br />
<i>7.Ili Dasi,</i><br />
<i>8.Kai Bui,</i><br />
<i>9.Kai Buti,</i><br />
<i>10.Soi Bere,</i><br />
<i>11.Kai Dau,</i><br />
<i>12.Kai Lou,</i><br />
<i>13.Kai Seli,</i><br />
<i>14.Soi Lulu,</i><br />
<i>15.Sosi Mau,</i><br />
<i>16.Sose Laku dan </i><br />
<i>17.Sose Mali</i><br />
Dari daftar di atas diketahui bahwa nama bagi suku Kemak sangat penting dalam kehidupan adat sehari-hari. Ciri khas nama adaat suku Kemak adalah terdiri dari dua suku kata dan biasanya selalu bergandengan. Inilah ciri khas nama yang dapat berbeda dengan suku lain di Kabupaten Belu, karena suku lain seperti suku Tetum, suku Bunaq dan suku Manlea hanya terdiri dari satu suku kata saja. Seperti suku lain, Suku Kemak juga menyiapkan nama secara khusus bagi laki-laki dan perempuan. Adapun daftar nama secara lengkap seperti tertera pada Tabel 4 diatas (Sumber : Maubere Frans, 21 Nopember 2008). Dari Tabel tersebut diketahui bahwa jumlah nama yang disiapkan untuk kaum perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan kaum laki-laki dan hal ini ditemui juga pada suku Tetum, Bunag dan Dawan Manlea.Yustinus Nahakhttp://www.blogger.com/profile/11946930089494616235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-573311001146644615.post-15741698732570695912012-05-18T22:20:00.000-07:002012-06-23T17:42:41.445-07:00NAMA ASLI DARI SUB ETNIS BUNAQ DI BELUSeperti halnya sub etnis Fehan, sub etnis Bunaq juga memiliki beberapa nama asli yang bila disebutkan maka orang tahu dari mana asal pemilik nama tersebut. Adapun sub etnis Bunaq memilNama Dalam Konteks Budaya Bunaq memilik beberapa nama asli yang dibagi atas laki-laki dan perempuan. Nama-nama tersebut sebagi berikut :<br />
<b>A.<b>Nama Laki-Laki : </b></b><br />
<b><b>(1)Asa, </b></b><br />
<b><b>(2)Aton, </b></b><br />
<b><b>(3)Bau, </b></b><br />
<b><b>(4)Bauk, </b></b><br />
<b><b>(5)Bele,</b></b><br />
<b><b> (6)Berek, </b></b><br />
<b><b>(7)Bere, </b></b><br />
<b><b>(8)Hale, </b></b><br />
<b><b>(9)Halek,</b></b><br />
<b><b> (10)Kai, </b></b><br />
<b><b>(11)Kali,</b></b><br />
<b><b>(12)Koi, </b></b><br />
<b><b>(13)Koli,</b></b><br />
<b><b> (14)Laku, </b></b><br />
<b><b>(15)Lau, </b></b><br />
<b><b>(16)Leki*, </b></b><br />
<b><b>(17)Lelo, </b></b><br />
<b><b>(18)Lesu, </b></b><br />
<b><b>(19)Leto, </b></b><br />
<b><b>(20)Loe,</b></b><br />
<b><b>(21)Loi,</b></b><br />
<b><b>(22)Luan,</b></b><br />
<b><b>(23)Mali,</b></b><br />
<b><b>(24)Mau,</b></b><br />
<b><b>(25)Mauk,</b></b><br />
<b><b>(26)Moruk, </b></b><br />
<b><b>(27)Rin, </b></b><br />
<b><b>(28)Siri,</b></b><br />
<b><b>(29)Suri,</b></b><br />
<b><b>(30)Tae,</b></b><br />
<b><b>(31)Taek,</b></b><br />
<b><b>(32)Mura dan </b></b><br />
<b><b>(33)Talo.<i></i></b> </b><br />
<b>Sedangkan nama untuk perempuan Adalah : </b><br />
<b><b>(1)Aba,</b></b><br />
<b><b>(2)Abuk*,</b></b><br />
<b><b>(3)Bui,</b></b><br />
<b><b>(4)Buik,</b></b><br />
<b><b>(5)Ikun,</b></b><br />
<b><b>(6)Koe,</b></b><br />
<b><b>(7)Kolo,</b></b><br />
<b><b>(8)Motu,</b></b><br />
<b><b>(9)Olo,</b></b><br />
<b><b>(10)Pou,</b></b><br />
<b><b>(11)Soi,</b></b><br />
<b><b>(12)Sose,</b></b><br />
<b><b>(13)Uju dan </b></b><br />
<b><b>(14)Uka<i></i></b>. </b><br />
Ket. *) = Nama-nama yang juga ada pada suku Tetum, Kemak dan DawanYustinus Nahakhttp://www.blogger.com/profile/11946930089494616235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-573311001146644615.post-16558323627005619522012-05-18T09:04:00.001-07:002012-06-23T17:46:30.879-07:00NAMA ASLI DARI SUB ETNIS FEHAN DI BELU<b>A. Nama Dalam Konteks Budaya Tetum </b>
Sesungguhnya suku Tetum ini tersebar hampir menyelimuti seluruh Kabupaten Belu dan oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari dikenal ada dua jenis suku Tetum yaitu <b>Tetum Fehan dan Tetum Foho</b>. Meski demikian dalam bahasan ini hanya diketengahkan suku Tetum Fehan saja. Hal ini karena suku Tetum Fehan yang mamiliki ciri khas pemberian nama bagi setiap anak yang baru dilahirkan sedangkan suku Tetum Foho belum banyak dipelajari tentang cara pemeberian nama bagi anak. Hal ini karena nama bagi suku Tetum Foho sudah termasuk pemberian nama bagi suku Bunaq dan Kemak yang akan dibahas pada sub judul tersendiri.
Pemberian nama bagi masyarakat berbudaya Tetum Fehan dipilah menjadi dua bagian besar yaitu nama khusus untuk anak laki-laki dan nama khusus untuk anak perempuan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat yang sangat khusus bagi kaum laki-laki dan perempuan dan menghargai kekhasan setiap orang baik itu laki-laki maupun perempuan. Ini menunjukan bahwa masyarakat berbudaya Tetum Fehan sangat menghargai pribadi setiap orang melalui pemberian nama yang tidak sama antara laki-laki dan perempuan. Pemberian nama berbeda antara perempuan dan laki-laki ini dimaksudkan untuk membedakan jenis kelamin yang dimiliki oleh setiap orang yang lahir dari budaya dimaksud. Dengan demikian apabila terbaca nama seseorang seperti Seran maka para pembaca sudah jelas mengetahui bahwa itu adalah anak atau orang yang berjenis kelamin laki-laki, sedangkan apabila dalam membaca ternyata ditemukan nama seperti Luruk maka itu sudah menjadi pasti bahwa pemilik nama tersebut adalah seorang perempuan.
Dalam banyak hal terutama dalam zaman modern ini hampir pasti tidak dapat dibedakan antara nama perempuan dan nama laki-laki. Ada kecenderungan besar untuk memberikan nama laki-laki kepada perempuan dan tidak pernah memberikan nama perempuan kepada laki-laki. Ini menunjukan bahwa sesungguhnya pada zaman modern telah menempatkan manusia laki-laki lebih berperan dan dihargai daripada pihak perempuan. Hal semacam ini dapat kita temukan dalam kehidupan harian kita. Biasanya Apabila ayah memiliki nama marga Nahak maka seluruh anaknya diberi nama marga Nahak, tidak ditemukan nama anak diberi berdasarkan nama perempuan atau ibunya. Ini menunjukan bahwa degradasi terhadap budaya lokal sudah sangat parah dan tidak mustahil akan hilang dalam waktu yang tidak terlalau lama. Patut diketahui bahwa nama terakhir dari nama seseorang dalam zaman modern ini merupakan nama marga dari bapaknya,sehingga nama khusus perempuan hampir tidak ditemukan lagi. Adapun daftar nama masyarakat berbudaya Tetum Fehan dapat dilihat sebagai berikut ini.<br />
<b>Nama Laki-Laki</b> : <b> </b><br />
<b>(1) Asa, </b><br />
<b>(2) Atok,</b><br />
<b>(3) Bau </b><br />
<b>(4) Bauk*,</b><br />
<b>(5) Bere, </b><br />
<b>(6) Berek,</b><br />
<b>(7) Bria, </b><br />
<b>(8) Fahik*,</b><br />
<b>(9) Klau, </b><br />
<b>(10) Laka, </b><br />
<b>(11) Nahak, </b><br />
<b>(12) Seran, </b><br />
<b>(13) Tae, </b><br />
<b>(14) Taek*, </b><br />
<b>(15) Tahu, </b><br />
<b>(16) Tahuk, </b><br />
<b>(17) Lekik, </b><br />
<b>(18) Leki dan </b><br />
<b>(19) Tutu.</b><br />
Sedangkan nama asli untuk perempuan sebagai berikut :<br />
<b>(1) Abuk*, </b><br />
<b>(2) Aek, </b><br />
<b>(3) Bano, </b><br />
<b>(4) Bita, </b><br />
<b>(5) Ho'ar, </b><br />
<b>(6) Lubu, </b><br />
<b>(7) Luruk, </b><br />
<b>(8) Namok, </b><br />
<b>(9) Rika, </b><br />
<b>(10) Seuk, </b><br />
<b>(11) Telik, </b><br />
<b>(12) Uduk, </b><br />
<b>(14) Balok dan </b><br />
<b>(15) Rohan</b>.<br />
Keterangan : *)= Nama-nama yang juga ada pada suku Bunaq, Kemak dan DawanYustinus Nahakhttp://www.blogger.com/profile/11946930089494616235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-573311001146644615.post-70656197331268701412012-05-18T06:17:00.001-07:002012-06-23T18:15:41.734-07:00KAMUS PLUS TETUN INDONESIA-INDONESIA TETUNBahasa Tetun merupakan salah satu bahasa daerah yang dipakai mayoritas masyarakat Kabupaten Belu bahkan di daratan Pulau Timor sejak dulu. Meski demikian arus globalisasi saat ini telah berpengaruh besar terhadap penggunaannya. Hal ini terlihat dari intensitas penggunaan hariannya makin berkurang dan hampir dipastikan sangat jarang dipakai oleh penuturnya khususnya kaum muda. Memang ada beberapa alasan mengapa terjadi demikian, hal ini telah diuraikan dalam kata pengantar buku Kamus Tetun yang ditulis saudara Yustinus Nahak. Adapun tujuan penulisan kamus ini adalah untuk melestrikan bahasa Tetun tersebut. Uraian tentang buku kamus dimaksud sebagai berikut :<br />
<br />
Judul : KAMUS PLUS TETUN INDONESIA-INDONESIA TETUN<br />
Penulis : Yustinus Nahak<br />
Penerbit : CV.Sumber Rejeki Leveransir Atambua<br />
Tebal : 271 halaman<br />
ISBN : 978-602-95486-00Yustinus Nahakhttp://www.blogger.com/profile/11946930089494616235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-573311001146644615.post-68522534484012244292011-04-16T01:21:00.000-07:002011-04-16T05:39:12.302-07:00ASAL KATA NAMA KALI BENINAIKali <b>Beninai</b> merupakan kali atau sungai terbesar di daratan pulau Timor. Hulu sungai ini terletak di gunung Mutis (tinggi 2.427 meter dari permukaan laut) dan bermuara di laut Timor tepatnya di Teluk Maubesi atau dalam sejarah tentang Timor sering disebut Teluk Wetoh. Gunung Mutis terletak memanjang dari daerah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) ke Timor Tengah Selatan (TTS). Dengan demikian gunung ini dapat diklaim sebagian milik TTU dan sebagian milik TTS. Lebih dari 90% sungai-sungai kecil di daratan Timor bermuara pada sungai Beninai dan oleh karena itu sungai ini sering membawa bencana Banjir hampir setiap tahun bagi para penduduk yang bermukim di sepanjang muaranya. <br />
<br />
Tercatat pada pertengahan Mei tahun 2000 terjadi bencana banjir bandang yang merusak harta benda dan bahkan 130 orang merenggang nyawa karena terseret arus banjir yang besar dan deras. Sebagian besar korban meninggal berasal dari warga pengungsi dari Timor-Timur yang pada saat eksodus 1999 bermukim di sepanjang sungai Beninani. Taksasi kerugian pada saat itu lebih dari Rp 20 M.<br />
<br />
Sungai ini memiliki nama yang menurut para penutur adat memiliki pengertian yang sakral. Ada tiga versi nama yang selama ini diperbincangkan. Nama pertama adalah <b>BENINAI</b>. Menurut para penutur adat, nama <b>BENINAI</b> berasal dari kata <b>BEI</b> artinya nenek/kakek dan <b>NAI</b> artinya raja. Tetapi kemudian mengalami perubahan akibat ucapan lidah orang <b>Tetun Fehan</b> sehingga akhirnya kedua kata tersebut digabung atau diucap gabung menjadi <b>BENINAI</b>. Dengan demikian akhirnya sungai itu dikenal dengan nama <b>BENINAI</b>. Mengapa orang Belu khususnya orang di <b>FEHAN</b> menyebut sungai itu dengan <b>BENINAI</b>? Hal ini karena ada sifat masyarakat Fehan yang sangat taat dan hormat terhadap alam air diwaktu dulu. Ada kepercayaan bahwa apabila nama itu diucap sembarang atau tidak dengan hormat maka setiap orang yang melakukan itu akan dihanyutkan sungai itu. <br />
<br />
Versi kedua mengatakan bahwa nama sungai <b>BENINAI</b> berasal dari kata <b>BENAT</b> artinya berjalan (mengalir) ke sembarang arah dan <b>RAI</b> artinya tanah. Jadi <b>BENATRAI</b> artinya yang berjalan ke arah sembarang atau yang mengalir ke arah sembarang. Hal ini terjadi karena pada awal mula terbentuknya sungai itu belum ada alur air. Dengan demikian air mengalir sembarang ke seluruh arah diatas permukaan tanah, akibatnya saat banjir terlihat bahwa air sungai ini mengalir keseluruh arah penjuru menuju laut dan menghanyutkan apa saja yang menghalangi perjalanannya. Itulah <b>BENAT RAI</b> artinya mengalir ke semua arah.<br />
<br />
Versi ketiga mengatakan bahwa nama sungai itu adalah <b>BENANAIN</b>. Nama ini berasal dari kata BENA yaitu nama sebuah daerah di Timor Tengah Selatan dan <b>NAIN</b> artinya raja atau tuan. Dengan demikian nama <b>BENANAIN</b> artinya raja dari Bena atau Tuan dari Bena. Konon hulu sungai ini berasal dari <b>BENA</b> sehingga untuk penghormatan para penduduk terhadap alam air maka mereka menyebutnya <b>BENANAIN</b>, untuk menghindari diri dari amukan bencana banjir dari sungai ini.<br />
<b></b>Yustinus Nahakhttp://www.blogger.com/profile/11946930089494616235noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-573311001146644615.post-50911313230407449292011-02-26T23:06:00.000-08:002011-04-12T04:09:55.846-07:00JENIS BAHASA YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT BELUMasyarakat Kabupaten Belu menggunakan empat macam bahasa ibu. Adapun empat macam bahasa ibu tersebut adalah bahasa Tetun, bahasa Dawan, Bahasa Bunaq dan Bahasa Kemak.<br />
<br />
<b>1.Bahasa Tetun</b><br />
Bahasa Tetun merupakan bahasa ibu yang digunakan secara mayoritas oleh masyarakat Kabupaten Belu. Hal ini dilihat dari jumlah penuturnya dimana hampir seluruh lapisan masyarakat di Kabupaten Belu dapat menuturkannya kecuali para pendatang. Meski demikian para pendatang mudah menyesuaikan diri karena bahasa Tetun mudah dipelajari. Bahasa Tetun dilihat dari aspek dialeknya maka terdapat dua jenis yaitu Tetun Fehan yang sering disebut juga <i>Tetun Terik</i> atau <i>Tetun Fehan</i> dan yang kedua adalah Tetun Foho. Tetun jenis pertama digunakan di beberapa kecamatan di Kabupaten Belu secara permanen yaitu Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Weliman, Kecamatan Wewiku, Kecamatan Rinhat, Kecamatan Malaka Tengah dan sebagian Kecamatan Kobalima serta Kobalima Timur. Sedangkan Tetun jenis kedua digunakan di sebagian Kecamatan Kobalima dan Kobalima Timur, sebagian Kecamatan Malaka Timur, Kota Atambua, Atambua Barat, Atambua Selatan, Kakuluk Mesak dan sebagian Kecamatan Tasifeto Timur dan Lasiolat.<br />
<br />
Tetun Foho. Beberapa Kecamatan yang secara terbatas menggunakan Tetun Foho yaitu sebagian Kecamatan Kobalima dan Kobalima Timur, sebagian Kecamatan Malaka Timur, Sasitamean, Io Kufeu, Botin Leobele dan Laen Manen,Tesifeto Barat, Naet Dubesi, Kota Atambua, Atambua Selatan dan Atambua Barat, Kakuluk Mesak Tasifeto Timur dan Lasiolat.<br />
<br />
Selain itu bila dilihat dari aspek pelafalan maka bahasa Tetun dibedakan atas dua macam yaitu Tetun D dan Tetun R. Perbedaan keduanya terletak pada pelafalan setiap kata atau suku kata Tetun yang diawali dengan fonem D. Untuk penutur Tetun D akan melafalkan setiap kata atau suku kata yang berfonem awal D seperti apa adanya, sedangkan para penutur yang tergolong Tetun R maka setiap kata atau suku kata yang berfonem awal D dilafalkan R. Misalnya kata "<i>DAKA</i>" yang artinya "<i>JAGA atau MENJAGA</i>" dilafalkan sebagai <i>"RAKA"</i>, contoh lainnya kata <i>"LIDUN"</i> yang artinya <i>"SUDUT"</i> dilafalkan <i>"LIRUN"</i> tanpa merubah artinya.<br />
<br />
<b>2. Bahasa Dawan</b><br />
Bahasa Dawan digunakan di beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Sasitamen, Io Kufeu, Botin Leobele, Laen Menen dan Malaka Timur. Meski beberapa kecamatan ini menggunakan bahasa Dawan namun masih dapat menuturkan bahasa Tetun Fehan. Hal ini karena secara geografis letak beberapa kecamatan tersebut masih berbatasan langsung dengan beberapa kecamatan yang masyarakatnya menggunakan bahasa Tetun Fehan. Bahasa Dawan yang digunakan adalah Dawan "R" seperti yang digunakan di Amarasi.<br />
<br />
<b>3. Bahasa Bunaq</b><br />
Bahasa Bunaq atau sering disebut juga bahasa Marae digunakan secara permanen di kecamatan Lamaknen dan Lamaknen Selatan, sebagian kecamatan Kobalima dan Kobalima Timur, sebagian Kecamatan Tasifeto Timur dan Lasiolat.<br />
<br />
<b>4. Bahasa Kemak</b><br />
Jenis bahasa yang satu ini jumlah penuturnya sangat sedikit dibanding penutur bahasa lainnya. Adapun punuturnya tersebar di sebagian kecamatan Kakuluk Mesak dan Tasifeto Timur. Hal ini diduga berkaitan dengan kedatangan suku ini dari Timor-Timur ke Belu paling terakhir. Suku yang paling terakhir ini tidak bisa menguasai dan berkembang lebih banyak karena sebagian besar wilayah telah didiami oleh masyarakat Tetun, Bunak dan Dawan terlebih dahulu.Yustinus Nahakhttp://www.blogger.com/profile/11946930089494616235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-573311001146644615.post-68824473303603805172011-02-26T22:03:00.001-08:002011-02-26T22:03:40.936-08:00BAHASA TETUN/LIA TETUNBahasa Tetun atau Lia Tetun merupakan salah satu aset budaya bangsa yang ada di Belu, yang kian hari terasa semakin didesak oleh bahasa lain yang datang dari luar. Tentu hal ini tidak terlalu terasa, namun tendensitas harian menunjukan bahwa lambat laun bahasa Tetun akan semakin tergeser bahkan ada kecenderungan yang pasti untuk hilang karena setiap generasi muda sekarang hampir dipastikan tidak lagi menggunakan bahasa Tetun dalam berkomunikasi. Dengan demikian tidak mustahil suatu ketika bahasa Tetun hanya tinggal nama atau paling tidak, tidak lagi menunjukan kemurnian. Suatu misal, penutur bahasa Tetun di Timor Timur dan bahkan bahasa Tetun itu sendiri telah terkontaminasi dengan bahasa Portugis sehingga saat ini Tetun asli di Timor Timur hilang sama sekali dan muncul suatu kondisi transisional dimana kita mengenal Tetun Portu, yang tentunya tidak menunjukan keaslian Tetun, maupun bahasa Portugis.<br />
Berkaitan dengan ini, sebenarnya ada enam hal yang mendorong penulis untuk menyusun kamus ini, dan keenam hal tersebut adalah pertama, bahasa Tetun hampir tidak digunakan dalam komunikasi harian oleh para generasi muda sekarang. Kondisi ini akan menyebabkan bahasa Tetun bisa punah pada suatu ketika dimana orang tidak lagi menggunakan sebagai bahasa pengantar, baik di rumah tangga, masyarakat, lembaga-lembaga pemerintah dan swasta. Kedua, orang malu menggunakan bahasa Tetun pada berbagai kesempatan. Umumnya para penutur bahasa daerah khususnya para penutur bahasa Tetun malu berbahasa Tetun di depan lawan bicara pada berbagai kesempatan karena takut dianggap kolot, kampungan dan bahkan tidak nasionalis. Dengan demikian bahasa Tetun jarang dan bahkan hampir tidak digunakan oleh penuturnya sekalipun dengan sesama penuturnya sendiri sehingga memungkinkan suatu saat bisa punah. Ketiga, orang lebih cendrung menggunakan bahasa lain (asing) karena menganggap bahasa Tetun telah ketinggalan jaman. Hal ini akan menyebabkan orang lebih terbiasa dan lebih fasih menggunakan bahasa lain daripada bahasa ibu sendiri. Penyebab timbulnya perasaan seperti ini adalah anggapan bahwa menggunakan bahasa lain (bahasa Indonesia, Inggris, Jawa atau lainnya) akan kelihatan lebih bergengsi dan bergaya lebih moderen. Selain itu orang ingin menciptakan image bagi lawan bicara bahwa dengan menggunakan bahasa lain terlihat lebih pintar dan berwawasan luas. Keempat, bahasa Tetun tidak diwajibkan sebagai ajaran muatan lokal (MULOK) di sekolah-sekolah, padahal di daerah lain seperti Bali dan Jawa, bahasa daerah diajarkan sebagai mata ajaran wajib. Hal ini tentu bermaksud untuk mempertahankan bahasa daerah yang bersangkutan sebagai salah satu kekayaan budaya bangsa. Perlu diketahui bahwa setiap bahasa daerah adalah juga merupakan unsur pembentuk bahasa Indonesia. Kelima, tidak ada aturan khusus yang mengharuskan orang (pemakai bahasa) untuk menggunakan bahasa Tetun pada acara-acara tertentu. Dengan demikian bahasa Tetun sering hampir dilupakan dalam komunikasi harian oleh para pemakainya. Keenam, derasnya arus globalisasi, diantaranya transformasi dan adopsi budaya asing yang berlebihan oleh masyarakat penutur. Hal ini menyebabkan masyarakat akan cepat menyerap budaya asing (menggunakan bahasa lain) dan menganaktirikan budaya sendiri termasuk bahasa Tetun. Sehingga dengan demikian bukan tidak mungkin suatu saat bahasa Tetun bisa punah.<br />
Untuk mengantisipasi kemungkinan hilang atau jarang dipakainya bahasa Tetun oleh para penuturnya yang telah berada diabad modern dengan berbagai bahasa berikut dialeknya masing-masing, maka kami memberanikan diri untuk mengumpulkan dan menyusun kata-kata bahasa TETUN menjadi sebuah kamus yang kiranya menjadi dokumen atau dapat menjadi bahan referensi bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya.<br />
Selain hal penting diatas, dapat dijelaskan disini bahwa bahasa Tetun merupakan bahasa yang digunakan oleh mayoritas penduduk pulau Timor sejak dulu. Di kabupaten Belu misalnya, terdapat empat macam bahasa daerah yakni bahasa Tetun, bahasa Bunaq, bahasa Kemak dan bahasa Dawan. Namun dalam kehidupan sehari-hari, ternyata hampir seluruh penduduk di daerah ini dapat menggunakan bahasa Tetun kecuali para pendatang. Untuk alasan ini pulalah, penulis merasa berkekuatan untuk menyusun dan membukukan kata-kata bahasa Tetun menjadi sebuah kamus.<br />
Bila diamati secara mendalam, ternyata bahasa Tetun dapat diklasifikasikan atas tiga tingkatan yaitu bahasa yang digunakan untuk berpantun (Rai Lian), bahasa untuk berkomunikasi dengan para raja atau para pejabat dan yang terakhir adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang - orang sebaya. Dalam kamus ini, hampir seluruhnya memakai kata-kata untuk percakapan sehari-hari atau tingkatan ketiga.<br />
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun kamus ini tidak sedikit pihak yang berperan mendorong dan bahkan membantu dengan caranya sendiri untuk menyelesaikan kamus ini. Untuk itu dengan hati yang tulus, saya haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada :<br />
1.Rm. Edmundus Nahak, Pr yang telah membantu saya memberikan beberapa pustaka untuk menyelesaikan penulisan kamus ini.<br />
2.Rm. Alex Seran, Pr (alm) yang telah memberikan masukan dan bahkan mengoreksi beberapa hal penting yang kiranya telah menopang kebenaran terjemahan kedalam bahasa Indonesia mendekati sinonim yang tepat.<br />
3.Bapak Agustinus Seran yang tidak henti - hentinya memberi masukan dari kelebihannya untuk melengkapi kamus ini.<br />
4.Teman Drs. Ec. Edmundus Nahak, Ak atas kepeduliannya yang besar terhadap pelestarian budaya bangsa hingga bersedia mencari jalan untuk penerbitan kamus ini.<br />
6.Kepada semua pihak yang telah dengan caranya sendiri membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan kamus ini.<br />
Akhirnya penulis menyadari bahwa belum seluruh kata-kata Tetun tertuang dalam kamus ini sehingga sumbangan pikiran dari pihak manapun datangnya tentu sebagai referensi penting. Begitu pula terjemahannya kadang begitu terasa kaku akibat terbatasnya kemampuan penulis untuk menemukan sinonim yang tepat buat digunakan sebagai arti yang sesungguhnya.Yustinus Nahakhttp://www.blogger.com/profile/11946930089494616235noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-573311001146644615.post-5998351113775066942011-02-20T19:40:00.000-08:002011-02-20T19:40:17.493-08:00Kamus Tetun Indonesia - Indonesia TetunSelamat datang di blog Yustinus Nahak<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSx1VoeIi8WtrlkfciZDQE6qNBTGoazPfBgrVEYcfDVSJkFno5zh_OxrmCulyZgUxJDMIzKgpUdeCxQkVunbtSf885br1quWpSF6Y8akTaXYkOzTvlSF97X2q8thvtnYXNNqvbS7njSfM/s1600/kamus.bmp" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="203" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSx1VoeIi8WtrlkfciZDQE6qNBTGoazPfBgrVEYcfDVSJkFno5zh_OxrmCulyZgUxJDMIzKgpUdeCxQkVunbtSf885br1quWpSF6Y8akTaXYkOzTvlSF97X2q8thvtnYXNNqvbS7njSfM/s320/kamus.bmp" /></a></div>Yustinus Nahakhttp://www.blogger.com/profile/11946930089494616235noreply@blogger.com0